Sebuah aksi simbolik yang menarik perhatian khalayak ramai terjadi di Yogyakarta ketika ribuan massa yang tergabung dalam gerakan “Jogja Memanggil” menggelar aksi damai di depan Gedung Agung, salah satu bangunan bersejarah dan ikonik yang menjadi kediaman resmi Presiden RI saat berkunjung ke Kota Gudeg. Dalam aksinya, massa membentangkan spanduk raksasa berukuran sekitar 20 x 10 meter yang berisi tuntutan tegas terkait isu penolakan terhadap rencana pembangunan hotel mewah di kawasan cagar budaya [Asumsikan nama kawasan cagar budaya, contoh: Kotagede]. Aksi ini menjadi sorotan utama dan menarik perhatian luas dari masyarakat serta berbagai media, sebagai bentuk penyampaian aspirasi dan tekanan kepada pihak-pihak terkait.
Aksi “Jogja Memanggil” ini melibatkan berbagai elemen masyarakat Yogyakarta yang peduli terhadap isu rencana pembangunan hotel mewah di kawasan cagar budaya Kotagede, termasuk mahasiswa dari berbagai universitas di Yogyakarta (seperti UGM, UNY, UIN Sunan Kalijaga), aktivis dari organisasi masyarakat sipil (OMS) seperti WALHI Yogyakarta dan LBH Yogyakarta, seniman dan budayawan lokal, serta perwakilan dari komunitas masyarakat terdampak rencana pembangunan hotel. Mereka berkumpul dengan tertib dan damai di depan Gedung Agung sebagai simbol pusat kekuasaan dan pengambilan kebijakan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pembentangan spanduk raksasa berwarna merah dan putih dengan tulisan “Tolak Hotel Mewah, Lestarikan Cagar Budaya!” menjadi inti dari aksi ini, sebagai cara visual yang kuat dan efektif untuk menyampaikan pesan kepada publik dan para pemangku kebijakan.
Aksi ini diduga kuat berkaitan dengan isu rencana pembangunan hotel mewah yang dianggap mengancam kelestarian kawasan cagar budaya Kotagede, di mana massa menyampaikan tuntutan agar Gubernur DIY, DPRD DIY, dan pihak investor untuk membatalkan rencana pembangunan tersebut dan lebih mengedepankan pelestarian warisan budaya serta kepentingan masyarakat lokal. Pemilihan Gedung Agung sebagai lokasi aksi juga memiliki makna simbolis yang kuat, mengingat bangunan tersebut memiliki nilai sejarah yang tinggi dan sering menjadi tempat pertemuan penting antara pemerintah dan masyarakat.
Meskipun melibatkan jumlah massa yang signifikan diperkirakan mencapai lebih dari seribu orang, aksi “Jogja Memanggil” ini berlangsung dengan tertib, damai, dan diwarnai orasi-orasi dari perwakilan berbagai elemen masyarakat, pembacaan puisi,